wafa' nur azizah

Akhir-akhir ini Koneksi internet yang saya pakai Sudah makin menjengkelkan, gonta-ganti provider terus tapi hasilnya masih nihil... koneksi masih tetep kaya siput.... malahan sering RTO. pasti jengkel dan kesal deh jika sudah begini. Malahan dulu pernah liat iklan salah satu provider yang menyarankan pakai sabuk pengaman saat internetan.... hahahaha..ngakak saya melihat iklan tersebut :P

Nah berikut ini ada beberapa tips dan trik mengenai cara mempercepat koneksi internet :

1. Standarnya Windows membatasi 20% bandwith.

Lalu bagaimana menyiasatinya? tanpa banyak basa-basi langsung praktek aja ya :)

Pertama-tama klik Start >> Run >> type gpedit.msc

Local Computer Policy >> Computer Configuration >> Administrative Templates >> Network >> QOS Packet Scheduler >> Limit Reservable Bandwidth


Double click pada Limit Reservable Bandwidth. Disana ditunjukkan bahwa string ini belum diatur (not configured), pada tab Explain ada penjelasan :

“By default, the Packet Scheduler limits the system to 20 percent of the bandwidth of a connection, but you can use this setting to override the default.”

Jadi Trik yang kita lakukan adalah mendisablenya dengan mengeset nilainya menjadi NOL.

2. Membuat Internet Explorer (IE) secepat Firefox

Banyak yang bilang IE memang browser yang paling payah, lelet, dan tidak stabil. Tapi ternyata ada trik untuk sedikit men-tune-up IE anda hingga kecepatannya bisa setara dengan Firefox. Caranya :

* Klik start >> run
* ketik regedit >> enter
* Carilah folder HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\Curre ntVersion\InternetSettings
* Klik kanan pada jendela sebelah kanan pilih >> New >> DWORD
* Ketik MaxConnectionsPerServer >> beri nilai terserah sobat (semakin tinggi nilai yang sobat buat, semakin bagus kecepatannya, eg : 99)
* Buat string DWORD baru lagi dengan cara yang sama >> ketik MaxConnectionsPer1_0Server
* Lalu beri nilai yang tinggi seperti di atas
* restart IE..

Selesai..

3. Mempercepat browsing dengan DNS cache

Buka notepad dan copy paste kode di bawah ini :

[HKEY_LOCAL_MACHINESYSTEMCurrentControlSetServic es|DnscacheParameters]
“CacheHashTableBucketSize”=dword:00000001
“CacheHashTableSize”=dword:00000180
“MaxCacheEntryTtILimit”=dword:0000fa00
“MaxSOACacheEntryTtILimit”=dword:0000012d

Simpan dengan nama dnscache.reg
Double click file ini di windows explorer, tekan “yes”.

4. copy paste kode di bawah ini ke dalam notepad. Simpan dengan nama “cepat.reg”

REGEDIT4
[HKEY_LOCAL_MACHINESYSTEMCurrentControlSetServicesT cpipParameters]
“SackOpts”=dword:00000001
“TcpWindowSize”=dword:0005ae4c
“Tcp1323Opts”=dword:00000003
“DefaultTTL”=dword:00000040
“EnablePMTUBHDetect”=dword:00000000
“EnablePMTUDiscovery”=dword:00000001
“GlobalMaxTcpWindowSize”=dword:0005ae4c

5.  Mempercepat Koneksi Internet bagi pengguna koneksi LAN

Berikut ini cara untuk mempercepat koneksi LAN :

* buka registry editor (start >> run >> ketik regedit)
* masuk ke HKEY_LOCAL_MACHINE\Software\Microsoft\Windows\Curr entVersion\Explorer\RemoteComputer\NameSpace dan DELETE key {D6277990-4C6A-11CF-8D87-00AA0060F5BF)
* Tutup registry editor dan restart windows.

6. Bagi pengguna koneksi internet dengan Broadband/DSL cobalah trik berikut ini

Buka registry editor dan masuk ke :

HKEY_LOCAL_MACHINESYSTEMCurrentControlSetServicesT cpipParameters

Buat string DWORD baru, dengan cara mengklik ‘Edit >> New >> DWORD Value’ dan buat nama-nama value dibawah ini :

DefaultTTL = “80? hex (atau 128 decimal) .
EnablePMTUBHDetect = “0?
EnablePMTUDiscovery = “1?
GlobalMaxTcpWindowSize = “7FFF” hex (or 32767 decimal)
TcpMaxDupAcks = “2?
SackOpts = “1?
Tcp1323Opts = “1?
TcpWindowSize = “7FFF” hex (or 32767 decimal)

tutup registry dan restart computer.

READMORE
 

sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan cerita cerpen. Ringkasan cerpen adalah bentuk pemendekan dari sebuah cerpen dengan tetap memperhatikan unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut. membuat Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.

Unsur-unsur dalam cerpen :
1. Tema
Yaitu gagasan inti. Dalam sebuah cerpen, tema bisa disamakan dengan pondasi sebuah bangunan.
2. Alur atau Plot
Yaitu rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu.
3. Penokohan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita.
4. Latar atau Setting
yaitu segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita.
5. Sudut Pandangan Tokoh
Diantara elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek adalah sudah pandangan tokoh yang dibangun sang pengarang.

READMORE
 

Menguasai Perasaan Sebagai Aktifis Dakwah


Dalam realitas medan dakwah, setiap aktivis akan berhadapan dengan berbagai macam kondisi dan situasi yang tidak semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Saat menunaikan amanah dakwah, kader harus menghadapi situasi yang sulit bahkan rumit. Secara manusiawi, bisa muncul perasaan khawatir –bahkan takut—ketika menghadapi resiko atau situasi yang tidak dikehendaki.
Perasaan takut atau khawatir yang muncul pada diri aktivis dakwah adalah sesuatu yang bersifat manusiawi, namun harus mampu dikendalikan dan dikuasai agar tidak menghalangi penunaian amanah dakwah. Perasaan seperti itu pernah dimiliki pula oleh Nabi yang sangat kuat dan perkasa, Musa As. Perhatikan ungkapan ayat-ayat berikut:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): “Datangilah kaum yang zhalim itu, (yaitu) kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertaqwa?” Berkata Musa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril) kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.” Allah berfirman: “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat-mukjizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)” (Asy Syu-ara’: 10 – 15).
Dalam ayat-ayat di atas, Musa merasa takut atau khawatir bahwa dirinya akan didustakan bahkan dibunuh. Musa mengatakan dia berdosa terhadap orang-orang Mesir (walahum ‘alayya dzanbun) adalah menurut anggapan orang-orang Mesir itu, karena sebenarnya Musa tidak berdosa sebab dia membunuh orang Mesir itu tidak dengan sengaja. Selanjutnya bisa dilihat pada surat Al Qashash ayat 15.
Beberapa pelajaran Fiqih Dakwah yang bisa diambil dari rangkaian ayat-ayat di atas antara lain:
1.   Nabi Musa pun memiliki perasaan takut atau khawatir dalam menunaikan amanah dakwah
Perhatikan curhat Nabi Musa kepada Allah Ta’ala dalam ayat di atas. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku”. Dalam penggalan ayat berikutnya, Nabi Musa mengatakan, “…maka aku takut mereka akan membunuhku”.
Nabi yang dikisahkan memiliki fisik yang kuat, memiliki kekuatan yang hebat, namun masih memiliki perasaan khawatir atau takut ketika hendak menjalankan perintah dari Allah. Sesungguhnya perasaan seperti ini memang sangat manusiawi, namun tidak boleh digunakan sebagai pembenar untuk tidak melaksanakan tugas dakwah. Perasaan khawatir dan takut itu harus segera diatasi dan dikuasai agar tidak melalaikan amanah dakwah.
2.   Nabi Musa mampu menguasai perasaan takut dalam dirinya
Kendati Nabi Musa menyatakan perasaan takut dan khawatir, namun tidak ada ungkapan permakluman atau meminta izin kepada Allah agar diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kadang dijumpai sebagian aktivis menolak melaksanakan suatu amanah dakwah, hanya dengan pertimbangan perasaan takut dan khawatir. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan, karena berarti sang aktivis tidak mampu menguasai perasaannya.
Justru Nabi Musa meminta kepada Allah agar diberi teman, yaitu Harun, untuk bersama-sama menunaikan perintah Allah. Artinya, perasaan takut dan khawatir dalam dirinya tidak dibiarkan berkembang menjadi sifat pembangkangan dan penolakan terhadap perintah Allah. Sudah selayaknya para aktivis dakwah mengambil pelajaran penting dari sikap Nabi Musa ini. Tidak pantas bagi aktivis dakwah untuk mengelak dari amanah dakwah hanya karena pertimbangan ketakutan atau kekhawatiran.
Perasaan semacam itu wajar dan manusiawi, namun harus dikuasai dan diarahkan agar tidak menyebabkan lalai dari amanah dakwah.
3.   Pentingnya teman yang menguatkan pelaksanaan amanah dakwah
Ketika Nabi Musa mendapatkan perintah untuk menghadapi Firaun sendirian, terbayang betapa kesulitan akan menghadang dirinya yang memiliki keterbatasan. Ungkapan Nabi Musa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan (karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku” menandakan kekhawatiran Nabi Musa bahwa dirinya akan didera emosi atas pengingkaran Firaun, sehingga membuat Musa tidak lancar berkomunikasi menyampaikan peringatan kepadanya.
Selanjutnya Nabi Musa meminta kepada Allah agar diberikan teman untuk menunaikan perintah Allah tersebut sehingga bisa lebih tenang. Ungkapan Nabi Musa “…..maka utuslah (Jibril) kepada Harun…” maksudnya agar Harun diangkat menjadi Rasul untuk membersamainya dalam menunaikan perintah Allah. Ini memberikan pelajaran tentang pentingnya teman dan kebersamaan yang akan menguatkan pelaksanaan amanah dakwah.
4.   Pentingnya pendekatan kepada Allah untuk mendapatkan kekuatan jiwa
Ketika menghadapi perasaan yang takut dan khawatir menghadapi Firaun dan kaumnya, Nabi Musa segera memohon kekuatan kepada Allah. Munajat dan pendekatan kepada Allah sangat penting dilakukan setiap saat oleh para aktivis dakwah, karena hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Seluruh makhluk adalah lemah, hanya Allah yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tidak terbatas dan tidak tertandingi.
Mendekat kepada Allah akan menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran. Untuk itu para aktivis dakwah harus memiliki aktivitas ruhaniyah untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, agar Allah memberikan kekuatan, kemampuan dan kelancaran dalam menjalankan amanah dakwah. Suksesnya dakwah bukan semata ditentukan oleh kehebatan sang aktivis, namun yang menentukan kesuksesan hanya Allah .


Referensi :
Muhammad Haniff Hassan, Fiqh Dakwah dalam Al Qur’an, IIFSO Malaysia – Singapore, 2004
READMORE
 

Beruswah kepada Nabi Muhammad


Sahabatku, kita punya cara untuk mengenang orang paling mulia di dunia, Nabi Muhammad saw.. Catatan ringkas ini semoga menjadi renungan buat kita. Berteladan kepada Nabi saw. Dia sejatinya uswah, pasti tidak akan membuat kita kecewa!
1) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
2) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.
4) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’  Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.
5) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia.” Jelas lelaki itu.
“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.
“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”
6) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.
7) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra  tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.
‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”
“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.
“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’
Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
8) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.
9) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu.
10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan).
11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.
12) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.
13) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’

READMORE
 

Kekuatan di balik Kesederhanaan


Poin lain dari sepuluh hikmah kesederhanaan Mekkah adalah tidak ada pemerintahan terpusat, ini yang ketiga. Yang ada hanyalah sebuah majelis yang terdiri dari 10 dewan yang mewakili 10 suku Arab seperti demokrasi. Dan masih ada beberapa sistem sosial politik buatan mereka sendiri yang pada dasarnya mempunyai sisi kebaikan. Misalnya sistem Jiwâr, saat seseorang menjamin keselamatan yang lain. Sehingga jika yang terjamin itu diganggu maka ia akan menghadapinya. Rasulullah memanfaatkan sistem ini untuk kepentingan dakwah Islam, sehingga beliau mengambil Mut’im bin Adiy yang kafir untuk menjamin keselamatannya. Namun partisipasi Rasulullah ini bukan tanpa batas. Selama semua sistem buatan manusia itu tidak merangsek pagar halaman Islam, Rasulullah memanfaatkannya.
Keempat, orisinalitas bahasa Arab. Mengapa bahasa Arab yang dipilih Allah? padahal saat itu ia adalah bahasa yang paling sedikit digunakan dibanding bahasa-bahasa besar dunia, seperti latin, atau Persia, atau Cina, atau India. Karena Allah-lah yang Maha Tahu bahwa d sana ada landasan kokoh untuk menampung bangunan keilmuan masa depan, bahkan akan dipakai hingga hari kiamat dan di akhirat nanti.
Bahasa Arab mempunyai daya kalimat yang sangat tinggi, sehingga ia terungkap dalam beberapa kata namun berarti beberapa jilid buku. Ia memiliki probabilitas penggunaan kalimat sangat luas. Misal, ada 500 kata untuk menamai ‘singa’, 1000 kata untuk ‘pedang’, atau 4000 kata untuk ‘cerdas’. Dengan kekokohan bahasa ini, Qur’an menjelaskan seluruh persoalan hidup manusia dengan kosa kata yang tepat, sangat singkat, tapi akan pernah habis tinta samudera menulis makna-maknanya.
Dan penduduk Mekkah-lah pengguna terkuat bahasa Arab saat itu. Sehingga orang-orang kafir Quraisy sangat hati-hati untuk tidak mendengar Qur’an. Karena mereka faham mukjizatnya, mereka tidak akan mampu menahan hatinya agar tidak melayang saat mendengarnya. Karena bahasa Arab, mereka paham, bahkan mereka yakin bahwa Qur’an itu bukan karya manusia. Seribu penyair mereka pun tidak mampu menjawab tantangan Qur’an untuk membuat semisalnya.
Kelima, dakwah kepada yang terdekat. Persaudaraan Islam adalah persaudaraan keyakinan, bukan ras dan daerah. Penduduk bumi telah lupa bahwa hidup punya pencipta. Semuanya lupa dan melupakan, kecuali penduduk Mekkah. Mereka sadar itu, karena ”jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Niscaya mereka menjawab, Allah, jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan” [az-Zukhr: 87].
Jika aqidah itu terbagi menjadi tiga, yaitu yakin dengan pencipta [tauhid rububiyah], hanya menyembah pencipta yang satu [tauhid Uluhiyah] dan yakin dengan kesempurnaan sifat pencipta [tauhid asma wa shifat], maka masyarakat Mekkah masih mempunyai yang pertama. Itulah sebabnya mereka lebih diprioritaskan untuk didakwahi, karena hati mereka lebih mungkin menerima kebenaran Islam dibanding masyarakat ateis.
Yang menjadi masalah adalah pemahamannya. Saat mereka tidak beribadah kepada Allah, tapi kepada berhala, kepada materi, kepada dunia, sembari berkata, “kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” [az-Zumar: 3].
Keenam hingga kesepuluh: adalah karakter bawaan mereka. Karakter paling dasar penduduk Mekkah adalah jujur, dermawan, pemberani, harga diri, dan sabar. Karakter-karakter itu adalah hasil didikan lingkungan dan tradisi mereka. Sehingga saat Abu Sufyan yang masih kafir ditanya Heraklius tentang pribadi Muhammad, harga dirinya melarangnya berbohong. Ia malah menjadi juru bicara penyampai risalah Islam, hingga ia berkata, “demi Allah, kalau saja aku berbohong, orang-orang tidak akan lagi menganggapku”.
Penduduk Mekkah tidak pernah menghitung untung rugi demi menjamu tamu, atau mendukung pemikiran yang mereka yakini dengan mengorbankan seluruh emas, rumah, bahkan recehan terkecil. Lelaki mereka tidak sudi mati di atas permadani, dan berbangga jika bersakit luka dalam perang. Bahkan hingga kematian menjemput, mereka tetap bersyair atas kebanggaan akan mati di sana. Mereka tidak menerima hidup dalam kehinaan. Jika harga diri salah seorang dari suku mereka terkoyak, puluhan tahun peperangan pun siap dikobarkan demi membelanya. Dan mereka adalah manusia-manusia yang paling tahan terhadap ujian hidup. Mereka sabar saat fakir, lapar, sakit dan penantian. Alam mereka menuntut mereka untuk tumbuh seperti itu. Walau terkadang karakter-karakter bawaan itu terjun ke jurang kehancuran. Saat dermawan menjadi boros, berani menjadi beringas dan ceroboh, harga diri menjadi sombong, dan sabar menjadi lamban.
Tapi saat Islam mewarnai jiwa mereka, terciptalah kesempurnaan antara ambivalensi sifat itu dengan arahan-arahan yang moderat. Sehingga muncullah pahlawan-pahlawan seperti dalam mitos. Abu Bakar dan Utsman yang berkali-kali kaya dari bisnisnya lalu berkali-kali memulai lagi dari nol setelah mereka berinfak. Atau Khalid yang lantang menantang Kisra Persia, “anda sedang menghadapi pasukan yang sangat mencintai kematian seperti anda mencintai hidup”, tapi ia tetap rasional dalam berstrategi seperti dalam perang Mu’tah. Atau seperti harga diri Rasul dan sahabat di Madinah yang menggelar Fathu Makkah, karena kafir Quraisy menodai perjanjian Hudaibiyah. Dan kesabaran mereka teruji sejak masa penindasan pembesar Quraisy hingga perang Ahzab.
Semua karakter alami Mekkah ini mengajarkan kaidah-kaidah membangun umat Islam saat ini dan masa depan. Bahwa umat harus menjaga orisinalitas sumber agamanya [Qur’an dan Sunnah] dari tuduhan dan penodaan; bahwa Allah-lah yang mutlak memberikan kemenangan-kemenangan gemilang Islam walau umat dalam jumlah yang sedikit; bahwa umat Islam boleh memanfaatkan sistem-sistem sosial-politik buatan manusia yang ada selama tidak menyentuh batas aqidah dan syariah; bahwa generasi pemegang kendali kepemimpinan masa depan adalah generasi yang menguasai bahasa Arab sehingga mereka memahami inti Islam dan menancapkan pemahaman itu hingga ke setiap pori-pori jasadnya untuk bergerak; bahwa dakwah dimulai dari yang terdekat dengan fikrah Islam; bahwa generasi baru Islam tidak akan bangkit kecuali kejujuran, keberanian, pengorbanan, harga diri, dan kesabaran tertancap kuat dan menjadi karakter dasar hidup mereka. Inilah sepuluh hikmah kesederhanaan Mekkah yang menjadi kekuatan Islam.

READMORE
 

Muadz bin Jabal


Muadz bin Jabal seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua. Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh banyak sahabat, tak terkecuali sang pemimpin Rasulullah SAW yang memberikan testimoni menyejarah : “sepandai-pandainya umatku dalam masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”,  bahkan di riwayat yang lain disebutkan Muadz adalah pemimpin para ulama di akhirat nanti.
Karena kefaqihannya inilah Muadz pun dipercaya menjadi duta dakwah di Yaman. Sebuah amanah dan tugas berat menanti di sana, menyebarkan Islam dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Tak heran jika di awal keberangkatan Muadz ke Yaman, serangkaian fit and proper test pun dijalankan oleh Rasulullah SAW. Maka ketika Muadz sukses menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan begitu cerdas dan elegan, wajah Rasulullah SAW pun berseri-seri dan bertutur lugas : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah . . . .”
Di Yaman selain berdakwah menyebarkan dan mengajarkan Islam, Muadz bin Jabal juga berdagang sebagaimana para sahabat lainnya. Karena kepandaian dan ketekunannya pulalah, maka ia berhasil meningkatkan omset dagangnya dan berubah menjadi pribadi yang kaya raya, santun dan faqih. Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu’adz masih berada di Yaman. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Madinah, dan di awal kedatangannya terjadi sebuah kisah indah penuh ukhuwah antara Muadz, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Saat Muadz datang dari Yaman, Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya. Kekayaan pribadinya meningkat tajam dari beberapa tahun sebelumnya. Seperti biasa, ketegasan dan kewaspadaan ala Umar bin Khaththab berjalan, beliau sebagai penasehat khalifah segera mengusulkan kepada Abu Bakar agar membagi dua kekayaan Muadz dan menyerahkannya kepada negara, sebagai bentuk kehati-hatian sebagai pengelola negara. Abu Bakar tidak segera menyetujui usulan dari Umar, namun tanpa menunggu persetujuan Abu Bakar, secara pribadi Umar bersegera mendatangi Muadz untuk datang sebagai sahabat.
Mu’adz bin Jabal sebagaimana kita ketahui dalam testimoni Rasulullah SAW, adalah orang yang paham tentang halal dan haram. Termasuk halal dan haram dalam transaksi dan perdagangan. Ia tidak mengenal bertransaksi dengan unsur maysir (spekulasi), ghoror (tipuan), gheis (curang) apalagi ikhtikar (menimbun barang) dan riba. Kekayaan yang didapat pun tak lebih dari buah ketekunan dan kecerdasan, yang mendapatkan taufiq dari ar-rozzaq Allah SWT, jauh dari segala syubhat apalagi yang haram.
Maka ketika Umar datang ke rumahnya dan mengemukakan usulannya untuk membagi dua harta tersebut, Muadz pun menolak dengan argumen yang cerdas dan hujjah yang kuat.  Diskusi hangat dua sahabat mulia itu pun berakhir dan Umar berpamitan meninggalkannya. Sungguh ia tidak hasad dan iri dengan kekayaan Muadz, tidak pula ia menuduh Muadz bermaksiat dengan mencari jalan haram dalam menumpuk kekayaan, namun ia hanya takut karena saat itu Islam sedang mengalami kejayaan dan kegemilangan, di luar sana banyak tokoh-tokoh yang memanfaatkan hal tersebut dengan bergelimang harta tanpa kejelasan sumber halalnya. Inilah yang ditakuti Umar, tidak lebih.
Namun uniknya, pagi-pagi sekali keesokan harinya Mu’adz bin Jabal terlihat segera bertandang ke rumah Umar. Apa yang dilakukan Muadz setelah apa yang terjadi pada hari sebelumnya? Sungguh pemandangan ukhuwah yang indah tak tergambarkan.  Sampai di sana, Muadz segera merangkul Umar dan memeluknya kuat, bahkan air mata Muadz pun mengalir dan terisak menceritakan mimpinya tadi malam yang begitu kuat mengingatkannya.
“Wahai Umar, malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang, dan menyelamatkan saya . . . . !”
Nampaknya mimpi tersebut membuat Muadz ingin segera menuruti usulan Umar bin Khaththab untuk membagi dua harta kekayaannya yang diperoleh dari Yaman.  Maka keduanya pun segera menghadap Abu Bakar, dan Mu’adz pun mengutarakan niatnya, meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.
Namun apa jawab khalifah Abu Bakar yang mulia? Khalifah yang timbangan imannya tak tertandingi oleh penghuni bumi ini menolak dengan tegas, ia mengatakan : “Tidak satupun yang akan saya ambil darimu”.  Abu Bakar tahu dan yakin bahwa Muadz memperoleh kekayaan dari jalan yang baik, maka ia tidak ingin mengambil satu dirham pun dari harta sahabatnya tersebut, yang itu berarti kezhaliman dan akan berbuah kehinaan di akhirat.
Muadz belum puas dengan jawaban sang khalifah, ia pun menoleh dan meminta pendapat Umar bin Khaththab, ia teringat dengan mimpinya semalam yang begitu mendebarkan. Apa komentar Umar sebagai pihak yang mengawali usulan pembagian harta tersebut, ia berujar singkat : “ Cukup .. sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik”.  Subhanallah, kegelisahan pun berakhir dengan kehangatan ukhuwah dan kemuliaan iman.
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian dan masalah, mari kita ambil inspirasi dan semangat dari kisah di atas yang melibatkan tiga sahabat yang mulia :
Pertama : Sosok Muadz yang cerdas dan santun. Dengan kesungguhannya ia bisa memperoleh kekayaan yang luar biasa di usia muda ( beliau meninggal usia 33 tahun di masa Umar), dari jalan yang halal dan jauh dari syubhat. Meski demikian, beliau seorang yang lembut hatinya dan perasa, sebuah mimpi di malam hari mampu membuatnya berubah dari sikap teguh pendiriannya atas usulan Umar.
Kedua : Abu Bakar memberikan contoh pada kita tentang kebijaksanaan dan kecermatan dalam berfikir. Tidak tergesa bersikap meski terlihat penuh kemaslahatan. Beliau juga tegas menolak segala tawaran dan kebijakan yang bernuansa kezhaliman.
Ketiga : Umar adalah teladan dalam sikap waro, kehati-hatian dan mawas diri, sekaligus ketegasan yang luar biasa. Dialah sosok yang terlihat angkuh di hadapan kekayaan sebagian sahabat. Para panglima perang yang bertaburkan kemenangan dan pakaian nan indah pun dihinakan oleh Umar dengan lemparan kerikil di wajah mereka. Dia adalah negarawan yang cerdas dan teliti melihat kepiawaian para aparat di bawahnya.
Tidak ada lagi kalimat yang tersisa kecuali mari segera berusaha mencontohnya.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.

READMORE
 

Kemenangan itu bermula dari gua sempit

Mari kita coba sedikit menganalisa fase dakwah Rasulullah saw selama 13 tahun di Mekah sebagai bahan renungan kita terhadap persepsi ‘menang’. Karena begitu banyak peristiwa berharga yang dialami Rasulullah dan para sahabat selama di Mekah, yang jika dirasionalisasikan pada saat itu terkesan sebagai sebuah kegagalan.
Suatu hari, ketika Rasulullah saw menyampaikan risalah Islam di Thaif, beliau menghadapi tantangan yang luar biasa. Bukan sambutan hangat yang beliau dapat, tapi sebaliknya beliau mengalami luka yang cukup parah. Tapi bagaimana sikap Rasulullah? Ia hanya mengucapkan satu kata “Allahummahdi Qaumiy fainnahum laa ya’lamun”. Padahal ketika itu Jibril datang menawarkan, jika Rasulullah berdoa kepada Allah untuk membalikkan gunung-gunung yang ada dan dilemparkan kepada kaum musyrikin Thaif maka malaikat Jibril akan melakukan hal tersebut. Sikap ini sangat  sulit  untuk kita rasionalisasikan, akan  tetapi mengandung nilai kemenangan yang baru terbukti dan dirasakan beberapa tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Banyak kisah sebenarnya yang dapat dijadikan pelajaran penting dalam memahami makna sukses dari perjalanan dakwah Rasulullah baik pada fase Mekah ataupun setelah beliau hijrah ke Madinah. Tapi mengapa peristiwa hijrah begitu besar pengaruhnya dalam proses perjalanan dakwah Rasulullah saw? Benarkah kesimpulan yang mengatakan bahwa hijrah merupakan momen “Fatihatun Nashr” kemenangan-kemenangan Islam pada fase berikutnya? Atau apakah prasyarat keberhasilan itu harus selalu dimulai dengan hijrah?
Memahami Makna Hijrah
Secara etimologi, hijrah berarti meninggalkan, atau berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Lalu Makna yang kedua ini sering dipakai dalam mendefinisikan hijrah secara terminologi. Tidak sulit untuk memberikan definisi terhadap peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah. Karena secara sederhana hijrah adalah perpindahan Rasulullah dan para sahabat dari Mekah ke Madinah.  Namun yang terpenting adalah memahami nilai-nilai hijrah itu sendiri untuk diterapkan pada tataran kehidupan kekinian.
Tak dapat diragukan lagi, peristiwa hijrah merupakan titik awal perubahan besar yang akan terjadi sesudahnya. Hijrah telah melepaskan kaum muslimin dari cengkraman jeruji kejahiliyahan dan tekanan kaum musyrikin Mekah. Di samping itu hijrah juga merupakan batas pemisah antara dua masa yang sangat berarti dalam perjalanan dakwah dan penerapan syariat, yaitu yang dikenal dengan fase Makkiy dan fase Madaniy. Sehingga dikenallah istilah surat Makiyah dan surat Madaniyah dalam Al Quran.
Banyak ujian dan cobaan yang telah dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat sebelum diizinkan untuk berhijrah. Sumayyah ibunda ‘Ammar bin Yasir merupakan orang pertama dalam Islam yang syahid dalam Islam ketika mempertahankan keyakinannya. Lalu mengapa Allah baru mengizinkan hijrah kepada Rasulullah dan para sahabatnya setelah 13 tahun fase dakwah di Mekah? Walaupun sebelumnya, telah terjadi peristiwa hijrah pertama ke bumi Habsyah. Bukankah Allah swt bisa berbuat sekehendaknya untuk memberikan kemudahan dan kemenangan kepada Rasulullah saw dan para sahabat?
Di antara salah satu hikmah yang utama dari proses dakwah fase Mekah ini adalah proses selektifitas kader dakwah yang betul-betul matang untuk melanjutkan estafet dakwah menuju fase-fase berikutnya. Karena jika Allah membukakan kemenangan secara mudah kepada kaum muslimin, maka kemenangan itu tidak akan terasa manis karena didapat dengan begitu mudah dan ketahanannya pun cenderung tidak bertahan lama. Maka ketika pertama kali dakwah dimulai, seiring itu pula terjadi proses latihan dan penyaringan yang sangat selektif dan alami. Dan ternyata, mereka inilah yang pada akhirnya berhasil menjadi busur sekaligus anak panah perkembangan Islam menuju puncak kejayaannya.
Setelah kita memahami makna hijrah yang sesungguhnya, sebagai sebuah proses yang mau tidak mau harus dijalani setiap individu muslim agar bisa mewujudkan kemenangan maka kita dapat menyimpulkan bahwa jika setiap muslim mampu melakukan hijrah niscaya ia akan menang. Tentu hijrah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat tidak dimaknai secara literlek yang harus kita terapkan saat ini. Kenapa? Karena Rasulullah saw sendiri sudah menyatakan “La Hijrata Ba’dal fath walakin Jihadun waniyyah” (sudah tidak ada hijrah setelah terbuka pintu kemenangan (Fath Makkah), Akan tetapi masih tersisa jihad dan niat untuk berhijrah. Sebagian ulama menafsirkan niat di sini adalah sebagai sebuah perpindahan dari kehidupan yang jauh dari nilai-nilai ilahi menuju kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai rabbani.
Mengapa Hijrah Sebagai Pembuka Kemenangan?
Dari peristiwa hijrah kubro yang dilalui Nabi dan para sahabat, ada beberapa indikasi yang dijadikan faktor utama kemenangan dakwah. Faktor–faktor ini dapat kita lihat dari beberapa pelajaran dan ibrah yang kita ambil dari rentetan peristiwa hijrah itu sendiri. Di antaranya adalah:
1.  Sabar Dalam Menghadapi Makar Musuh
Begitu banyak rekaman sejarah dalam Al-Qur’an maupun sunnah yang menggambarkan permusuhan abadi kaum kufar dan musyrikin terhadap Islam dan kaum muslimin. Permusuhan ini biasanya disertai makar yang senantiasa mencoba untuk menggoyahkan keimanan dengan menggunakan segala daya dan upaya. Banyak cara yang mereka gunakan, baik dengan menawarkan harta dan kesenangan ataupun dengan siksaan demi siksaan. Nah, di sinilah sabar merupakan tameng awal dan jawaban dari semua itu. Sebab, sabar dalam perspektif Islam tidak kenal batas. Sabar dapat diterapkan dalam ketaatan, menghindari maksiat, dan bersabar dalam menghadapi musibah.
Rasulullah adalah orang pertama yang menerapkan sabar, bahkan ketika maut hampir menghampirinya ketika berdakwah dijalan Allah, ia hanya berkata “Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamun”. Subhanallah! Rasulullah tidak tergesa-gesa mengejar kemenangan, dan sikap ini juga yang terpatri dalam jiwa setiap sahabat. Kesabaran inilah yang telah melahirkan semangat jihad dan semakin menambah keyakinan mereka bahwa jalan yang mereka tempuh penuh dengan cahaya. Sikap sabar ini juga melahirkan pribadi yang istiqamah dan tidak mudah goyah.  Maka sabar merupakan sebuah prasyarat mutlak dalam meniti tangga-tangga keberhasilan.
2. Al Akhzu bil asbab
Etos kerja ataupun usaha tidak boleh diabaikan begitu saja. Artinya, seluruh potensi harus dikerahkan yang disesuaikan dengan kondisi yang melingkupi saat itu. Rasulullah adalah contoh tauladan sebagai seorang sosok yang tak mudah menyerah dengan hanya mengandalkan satu cara. Ia selalu berfikir dan berbuat dengan amal yang sangat variatif agar dakwah mudah diterima dan cepat berkembang. Segala kreativitas dan inovasi dakwah beliau kerahkan. Gagal dengan satu cara beliau memanfaatkan metode lain. Sehingga beliau tidak pernah putus asa. Ini merupakan konsep membangun motivasi yang sangat jitu.
Ketika dakwah beliau di kota Mekah dan perkampungan sekitarnya tidak begitu mendapatkan sambutan yang positif. Beliau melihat ada potensi lain yang bisa dilakukan, yaitu mendakwahi para kabilah yang datang dari luar kota Mekah pada musim-musim haji. Pertemuan ini dilakukan Rasulullah di luar kota Mekah bersama kaum Auz dan Khazraj tepatnya di daerah yang bernama al ‘aqabah dan dalam catatan sejarah dikenal dengan bai’atul aqabah al ula. Perwakilan kaum Auz dan Khazraj terdiri dari 12 orang yang telah menyatakan keislaman mereka. Kreativitas dakwah Rasulullah tidak terhenti sampai di situ saja, lalu ia mengutus Mus’ab bin ‘Umair yang dikenal sebagai duta Islam pertama untuk kembali ke Yatsrib bersama kaum Auz dan Khazraj.
Peristiwa ini, pada akhirnya merupakan cikal bakal peristiwa hijrah beberapa tahun sesudahnya. Dan setelah terjadi kesepakatan antara kaum muslimin mekah dan Yatsrib ketika itu bahwa pusat dakwah akan dipindahkan dari Mekah ke Madinah, maka mulailah para sahabat melakukan hijrah sampai pada akhirnya diikuti oleh Rasulullah ketika telah turun wahyu yang mengizinkan beliau untuk hijrah. Momen ini sangat punya peran penting terhadap pertumbuhan dakwah dan akumulasi koalisi kekuatan Islam pada masa berikutnya.
3. Sistem Yang Rapi Prasyarat Kemenangan
Rentetan peristiwa hijrah, yang mungkin sebagian besar bahkan sudah sangat hafal, mengisyaratkan bahwa sebuah pekerjaan besar harus menggunakan sistem serta manajemen yang tertata rapi. Adanya pembagian tugas serta perencanaan yang sistematis dan matang, dan masing-masing individu memahami posisinya sehingga tidak terjadi benturan tugas yang akhirnya berakibat kepada proses sebuah rencana itu sendiri. Kita harus mampu memposisikan the right man on the right place.
Rasulullah adalah sosok yang brilian dalam menyusun strategi dan manajemen. Dengan kecerdasannya, ia dibantu Abu bakar dan sahabat lain telah berhasil mensukseskan perjalanan hijrah dengan selamat dan tanpa pertumpahan darah ataupun benturan fisik.
Namun ironis, tatanan sistem yang kokoh dan manajemen yang rapi telah hilang dari dunia Islam dan bahkan sudah diadopsi oleh Barat. Bahkan lebih dari itu, umat Islam seolah mengaminkan saja bahwa Islam tidak pernah kenal dengan konsep sistem dan manajemen yang rapi.
Kemenangan selamanya tidak akan bisa diraih hanya dengan mengandalkan semangat bekerja saja, akan tetapi harus dibarengi dengan membangun sistem dan manajemen yang komprehensif. Di samping itu perlu adanya kejelian melihat situasi dan kondisi. Jangan sampai kita kehilangan daya kreativitas karena alasan lingkungan dan kondisi yang ada di sekitar kita. Kelemahan fatal diri  kita adalah ketika kita tidak lagi mengenal diri kita. Jika hal itu terjadi, maka secanggih apapun sistem dan manajemen yang dibangun maka akan berakhir sia-sia.
4. Membangun Stabilitas Sosial
Pertama kali yang dilakukan Rasulullah saw di Madinah atau tepatnya di qubah adalah membangun Masjid. Dalam perspektif Islam, masjid tidak sebatas sebagai tempat ibadah vertikal antara hamba dan Rabb-Nya. Akan tetapi Masjid juga bisa berfungsi sebagai tempat menata kehidupan sosial masyarakat. Karena Islam dengan tegas mengakui bahwa manusia terdiri dari dua sisi yang harus selalu seimbang, yaitu materiil dan sprituil.
Setelah sarana dibangun, maka Rasulullah berfikir perlu adanya pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia untuk menjalankan fungsi dalam sebuah sistem kehidupan yang baru. Maka nabi segera mengambil inisiatif untuk mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebab, persaudaraan ini akan mempercepat proses perubahan sosial di tengah komunitas masyarakat. Kaum Muhajirin yang lebih memiliki skil dalam sistem perdagangan kembali menghidupkan pasar, dan bahkan dalam sejarah tercatat bahwa Rasulullah adalah orang pertama yang membangun pasar sebagai pusat ekonomi di Madinah. Kaum Anshar pun tetap dalam profesi mereka semula sebagai petani yang lebih spesifik mengurus pertanian.
Dalam proses selanjutnya, karena persaudaraan yang Rasul bina berdasarkan nilai keimanan dan keikhlasan, secara alami dan bertahap mulai tercipta takaful ijtima’iy (solidaritas sosial) di antara komunitas sosial yang sangat plural di kota Madinah. Bahkan nilai ukhuwah itu tercatat indah dalam berbagai kisah mengharu biru bagaimana ketika saad bin rabi’ menawarkan harta dan salah satu istrinya untuk diberikan kepada Abdurrahman bin Auf. Namun akhirnya Abdurrahman bin Auf lebih memilih untuk memulai kehidupan barunya sebagai pedagang dan menolak secara halus tawaran saudaranya, sampai akhirnya ia berhasil menjadi saudagar yang berhasil.
Stabilitas sosial yang mapan akan menjadi faktor pendukung terbukanya pintu-pintu kemenangan dan kejayaan. Hal itu terbukti ketika kaum muslimin memenangkan perang Ahzab. Peperangan dengan jumlah tidak seimbang ini mampu dimenangkan oleh kaum muslimin, tidak terlepas dari stabilitas sosial yang telah Rasulullah bina. Sehingga para sahabat begitu memahami nilai ukhuwah dan amal jama’iy (kerja kolektif) yang akhirnya mampu memukul mundur koalisi pasukan musuh.  Pada perang Khandaq ini juga Rasulullah memberikan kabar gembira kepada para sahabat yang beliau dapatkan dari Malaikat Jibril, bahwa setelah perang ini usai akan terjadi penaklukan besar-besaran di dataran Syam, Persia dan Yaman.
Kemenangan demi kemenangan mampu diraih kaum muslimin sehingga berhasil menguasai dua pertiga luas bumi di bawah naungan Islam selama lebih kurang delapan abad. Kemenangan itu tidak terwujud dengan mudah, tapi butuh waktu yang panjang dan pengorbanan tak terkira. Rahasia kemenangan ini sangat sederhana; sebagaimana dalam firman Allah In tanshurullah yanshurukum wayutsabbit aqdamakum”.
Dunia Islam kini tak secerah masa lalu. Sepertinya kita perlu merapikan kembali hubungan kita dengan Allah. Sudahkah kita menolong Allah? Sehingga Allah pun akan menolong kita. Kita selalu ingin menang, tapi sayang kita tak pernah kenal persepsi menang yang sesungguhnya. Wallahu a’lam
READMORE